Jejak Serangan Digital Terhadap Jenderal Gatot Sudah Sering Terjadi, 70 Hoax Sempat Menerpa saat Menjabat Pang

Jejak Serangan Digital Terhadap Jenderal Gatot Sudah Sering Terjadi, 70 Hoax Sempat Menerpa saat Menjabat Pang

BARU-BARU in Jenderal Purn Gatot Nurmayanto diserang foto hoax sekamar dengan seorang wanita. Banyak yang menduga serangan itu untuk menjatuhkan citra Gatot yang secara politi termasuk dalam bursa capres 2024. Mengapa Gatot diserang? Tentu saja jawabannya terkait isu-isu oolitik itu. Bahkan sebelum gempar foto itu, sebagao falshback, saat menjabat Panglima TNI, Jenderal Gatot adalah jenderal yang paling sering diserang hoax. Data rinci serangan hoak terhadap Jenderal Gatoto ada di TNI waktu itu. Saat itu TNI mendeteksi sedikitnya 70 akun Facebook mengatasnamakan Gatot Nurmantyo yang dinilai merugikan TNI sebagai institusi dan Jenderal Gatot Nurmantyo. Jenderal Gatot Nurmantyo menjadi salah satu sosok yang kerap dijadikan sasaran berita hoax. "Belum di Instragram, Twitter dan platfrom media lainnya," kata Letkol Inf Solih saat itu. Saat itu pemantauan terhadap akun-akun tersebut di media sosial dilakukan oleh Dinas Penerangan TNI bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Tak jarang, kata Solih, Puspen TNI langsung memberikan cap hoax kepada akun atau berita karena merugikan institusi dan Panglima TNI. Puspen TNI saat itu mencatat sejumlah isu atau berita hoax terkait TNI dan Gatot yang tersebar di media sosial dan Internet. Berita atau isu hoax itu antara lain soal dukungan kepada Panglima TNI jadi Presiden RI, isu ceramah Panglima TNI pada acara Maulid Nabi di Petamburan, soal kuda troya Jokowi dan Gatot Nurmantyo, hingga rumor Panglima TNI minta sumbangan untuk korban Aceh. TNI, lanjut Solih, menilai masifnya hoax dapat menimbulkan kebencian antar anak bangsa sehingga memicu perpecahan. Terlebih, menurut Solih, 90 persen masyarakat Indonesia menggunakan media sosial paling sedikit 4 hingga 5 jam setiap hari. Berita bohong itu, menurut Solih, memang diciptakan untuk tujuan tertentu dengan memanfaatkan media sosial. Berita hoax juga menjadi alat propaganda kelompok tertentu. Salah satu kelompok penyebar hoax yang mendapat sorotan TNI adalah Saracen yang diduga aktif menyebarkan berita bohong bernuansa SARA di media sosial berdasarkan pesanan. Solih meyakini kerja Saracen tak semata karena uang, melainkan untuk melayani kepentingan kelompok yang disengaja untuk menjatuhkan pemerintah agar menjadi gaduh. "Memang itu kelihatan hanya uang semata, dibalik itu adalah kejahatan luar biasa, karena ini akan melibatkan semua anak bangsa untuk saling membenci dan saling menyakiti," ujar Solih saat itu. (bbs/red)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: